Peran dan Nilai-Nilai Perjuangan Tokoh Nasional dan Daerah
Frans Kaisiepo (lahir di Wardo, Biak, Papua, 10 Oktober 1921 – meninggal
di Jayapura, Papua, 10 April 1979 pada umur 57 tahun). Berdasarkan
Keputusan Presiden nomor 077/TK/1993 nama Frans Kaisiepo dikenang
sebagai pahlawan nasional Indonesia dari Papua. Frans terlibat dalam
Konferensi Malino tahun 1946 yang membicarakan mengenai pembentukan
Republik Indonesia Serikat sebagai wakil dari Papua. Ia mengusulkan nama
Irian, kata dalam bahasa Biak yang berarti tempat yang panas. Selain
itu, ia juga pernah menjabat sebagai Gubernur Papua antara tahun
1964-1973.
Silas Papare (lahir di Serui, Papua, 18 Desember 1918 – meninggal di
Serui, Papua, 7 Maret 1979 pada umur 60 tahun) adalah seorang pejuang
penyatuan Irian Jaya (Papua) ke dalam wilayah Indonesia. Ia adalah
seorang pahlawan nasional Indonesia. Namanya diabadikan menjadi salah
satu Kapal Perang Korvet kelas Parchim TNI AL KRI Silas Papare dengan
nomor lambung 386, dan juga namanya diabadikan menjadi nama Pangkalan
Udara TNI Angkatan Udara di Sentani, Jayapura menjadi Lanud Silas Papare
Jayapura.
Marthen Indey (lahir di Doromena, 14 Maret 1912 – meninggal di Doromena,
17 Juli 1986 pada umur 74 tahun) merupakan putra Papua yang ditetapkan
oleh Pemerintah Republik Indonesia sebagai pahlawan Nasional Indonesia
berdasar SK Presiden No.077 /TK/ 1993 tgl. 14 September 1993 bersama
dengan dua putra Papua lainnya yaitu Frans Kaisiepo dan Silas Papare.
Marthen Indey memahami nasionalisme ketika ia ditugaskan di Tanah Merah
(Digul). Kelompok Marthen Indey menyiapkan pemberontakan melawan Belanda
di Irian Barat (sekarang Irian Jaya) pada akhir Desember 1945.
Kemudian, Marthen menjadi anggota Komite Indonesia Merdeka pada bulan
Oktober 1946. Pada tahun 1962, Marthen Indey merumuskan kekuatan gerilya
dan membantu menyelamatkan anggota RPKAD di Irian Barat selama TRIKORA.
Sri Sultan Hamengkubuwana IX atau Gusti Raden Mas Dorodjatun (bahasa
Jawa: Sri Sultan Hamengkubuwana IX,
Hanacaraka:ꦯꦿꦶꦯꦸꦭ꧀ꦡꦟ꧀ꦲꦩꦼꦁꦑꦸꦨꦸꦮꦤ꧇꧙꧇), lahir di Ngayogyakarta
Hadiningrat, 12 April 1912 – meninggal di Washington, DC, Amerika
Serikat, 2 Oktober 1988 pada umur 76 tahun[a]) adalah seorang sultan
yang pernah memimpin di Kesultanan Yogyakarta dan Gubernur Daerah
Istimewa Yogyakarta yang pertama setelah kemerdekaan Indonesia.
Memerintah antara tahun 1940-1988, beliau adalah penguasa Yogyakarta
terlama dalam sejarah (48 tahun). selain itu pernah menjabat sebagai
Wakil Presiden Indonesia yang kedua antara tahun 1973 dan 1978 dan juga
dikenal sebagai Bapak Pramuka Indonesia serta pernah menjabat sebagai
Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.
Yang Dipertuan Besar Syarif Kasim Abdul Jalil Saifuddin[3] atau Sultan
Syarif Kasim II (lahir di Siak Sri Indrapura, Riau, 1 Desember 1893 –
meninggal di Rumbai, Pekanbaru, Riau, 23 April 1968 pada umur 74 tahun)
adalah sultan ke-12 Kesultanan Siak. Ia dinobatkan sebagai sultan pada
umur 21 tahun menggantikan ayahnya Sultan Syarif Hasyim. Sultan Syarif
Kasim II merupakan seorang pendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Tidak lama setelah proklamasi dia menyatakan Kesultanan Siak sebagai
bagian wilayah Indonesia, dan dia menyumbang harta kekayaannya sejumlah
13 juta gulden untuk pemerintah republik (setara dengan 151 juta gulden
atau € 69 juta euro pada tahun 2011) . Bersama Sultan Serdang dia juga
berusaha membujuk raja-raja di Sumatra Timur lainnya untuk turut memihak
republik. Namanya kini diabadikan untuk Bandar Udara Internasional
Sultan Syarif Kasim II di Pekanbaru.
Ismail Marzuki (lahir di Kwitang, Senen, Batavia, 11 Mei 1914 –
meninggal di Kampung Bali, Tanah Abang, Jakarta, 25 Mei 1958 pada umur
44 tahun) adalah salah seorang komponis besar Indonesia. Namanya
sekarang diabadikan sebagai suatu pusat seni di Jakarta yaitu Taman
Ismail Marzuki (TIM) di kawasan Salemba, Jakarta Pusat.
Opu Daeng Risadju adalah pejuang wanita asal Sulawesi Selatan yang
menjadi Pahlawan Nasional Indonesia. Opu Daeng Risadju memiliki nama
kecil Famajjah. Opu Daeng Risaju itu sendiri merupakan gelar
kebangsawanan Kerajaan Luwu yang disematkan pada Famajjah memang
merupakan anggota keluarga bangsawan Luwu. Opu Daeng Risaju merupakan
anak dari pasangan Opu Daeng Mawellu dengan Muhammad Abdullah to
Barengseng yang lahir di Palopo pada 1880.
Selengkapnya silakan simak penjelasan video berikut